SUKUN, DISWAYMALANG.ID—Jangan sampai salah mengira. Busana keren, gemerlap dan wow yang diperagakan dalam Malang Fashion Week 2024 (MFW 2024), tidak semuanya karya para desainer profesional. Jangan juga kaget kalau tahu bahwa sebagian besar busana yang ditampilkan, adalah karya para siswa SMK.
Itu memang faktanya. Sebagian besar desainer yang terlibat dalam MFW 2024 yang kini sedang berlangsung di Malang City Point, Sukun, Kota Malang itu, mayoritas adalah siswa SMA. Dari 367 desainer dalam MFW 2024 itu, 294 masuk katagori pemula. Mereka adalah para siswa SMK, mahasiswa dan UKM.
Menurut Agus Sunandar, founder MFW, dari desainer pemula itu terbanyak adalah siswa SMK, Mereka berasal dari sekitar 20 SMK di berbagai kota di Indonesia.
Tiga di antaranya dari luar Jawa. Yakni, SMK 4 Tanjung Jabung, Jambi; SMK 1 Pelaihari, Kalimantan Selatan dan SMK 4 Balikpapan. Sedang yang lain dari SMK di Jawa, termasuk delapan di antaranya dari wilayah Malang Raya, mulai dari SMK di Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang.
“Ini memang yang membedakan Malang Fashion Week dengan event serupa lainnya. Kita tidak hanya menampikan karya desainer profesional, tapi juga anak SMK dan juga UKM,” kata Agus Sunandar kepada Disway Malang, di Malang City Point, Jumat (8/11). Untuk UKM, menurut dia, ada tujuh UKM yang ikut menampilkan karyanya di MFW 2024.
Tokoh fesyen yang juga dosen tata busana di Universitas Negeri Malang ini menambahkan, para perancang busana yang masih berstatus siswa SMK itu, terbukti mampu menampilkan karya-karya yang hebat. Terbukti mereka lolos dari kurasi oleh tim Indoesian Fashion Chamber (IFC) selaku penyelenggara event ini bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) di Malang.
“Saya sudah membuktikan beberapa kali, karya-karya anak SMK itu bahkan layak dibawa ke ajang fesyen kelas dunia. Saya sudah beberapa kali mengajak mereka (para desainer yang masih berstatus siswa SMK) tampil di event internasional. Di Paris, bahkan Moskow,” paparnya.
Potensi para desainer dari kalangan siswa SMK itu menurut Agus melengkapi ekosistem industri fesyen di Malang. "Ekosistemnya sudah lengkap. Ada dari anak SMK, mahasiswa, UKM hingga desainer pro. Semua ada di Malang," katanya.
Itu masih ditambah lagi dengan keberadaan asosiasi profesional fesyen dj Malang. Plus, daya dukung wisata. "Ke depan, Malang bisa jadi kiblat fesyen di Indonesia," tambahnya.
Tema Berbeda
MFW yang digelar sejak Kamis (7/11) sampai Minggu (10/11), menampilkan tema berbeda setiap harinya Pada hari kedua Jumat (8/11) ini menampilkan busana dengan tema etnik. Sementara pada hari pertama atau pembukaan Kamis (7/11), yang ditampilkan adalah busana dengan tema modest wear atau pakaian muslim. Sedang untuk penampilan pada Sabtu (9/11), temanya adalah urban wear. Masih ada lagi konsep Kids Wear dan Evening Wear.
Pada hari kedua ini, peragaan dibagi dalam tiga sesi. Pagi, siang, dan sore. Yang menarik, pada sesi dua siang hari, yang tampil seluruhnya dari SMKN 3 Blitar. Ada 13 rancangan busana yang ditampilkan oleh SMKN dari Kota Bung Karno itu.
Atas antusias tinggi SMKN Blitar yang mengirimkan begitu banyak karya termasuk para siswanya sebagai desainer, Agus Sunandar sempat mengundang Kepala SMKN 3 Blitar untuk tampil di panggung. “Luar biasa memang SMKN 3 Blitar dalam mendukung siswanya untuk berkembang potensinya sebagai perancang busana,” tambahnya.
Selain peragaan busana di catwalk atau runway, MWF juga diisi banyak agenda. Mulai dari pameran di lantai 1 MCP yang diikuti para UKM fesyen, seminar, webinar dan sharing session, serta kompetisi.
Pacu Ekonomi Kreatif