8 Oktober Memperingati Hari Loper Koran Internasional: Dari Suara Pagi Hingga Kehidupan
Ilustrasi loper koran mengantar koran harian kepada pelanggan.--iStockphoto
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Pagi itu, di kota New York tahun 1833, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun bernama Blarney Flaherty membuka babak baru dalam sejarah media dunia.
Ia adalah loper koran pertama, sosok kecil yang mulai mengayuh langkahnya di jalanan dengan membawa serta lembaran berita yang menyimpan cerita besar.
Dari situlah lahir peringatan Hari Loper Koran Internasional yang diperingati setiap 8 Oktober, sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi tanpa pamrih para penyampai kabar yang telah lama menjadi jantung dunia informasi.
Profesi loper koran adalah gambaran nyata tentang ketekunan dan semangat. Meski tampak sederhana, pekerjaan ini berperan sangat penting dalam menyebarluaskan berita mulai dari headline hingga berita kriminal dan gosip selebriti yang menghibur dan sekaligus menginformasikan masyarakat.
Di masa-masa keemasannya, suara khas para loper menggema di sudut kota, “Extra! Extra! Read all about it!” menjadi simbol hidupnya komunikasi dan literasi publik.
Tidak sekadar mencari nafkah, profesi ini terbukti menjadi sekolah kehidupan. Banyak tokoh besar dunia, termasuk Albert Einstein dan Martin Luther King Jr., pernah menggadaikan masa muda mereka sebagai loper koran.
Mereka belajar arti kerja keras, tanggung jawab, dan bagaimana berinteraksi dengan beragam kalangan.
Profesi ini juga mengajarkan keahlian penjualan dan kemampuan mengenal kondisi masyarakat dari sudut jalanan kota.
Dahulu, loper koran menggunakan sepeda dan berjalan kaki sebelum era motor menguasai, bahkan hingga tahun 1980-an di beberapa tempat.
Di kota-kota seperti Malang, para loper memenuhi kaki lima dan perempatan jalan yang sibuk, dengan gaya khas yang kadang lucu bahkan provokatif agar koran mereka laku.
Mereka bukan sekadar penjual, tetapi penyampai cerita yang setia menanti di balik hingar bingar lalu lintas dan keramaian.
Mereka hidup dari setiap eksemplar yang laku, menghidupi keluarga mereka dengan hasil kerja yang jelas dan penuh perjuangan.
Di tengah gelombang kemajuan teknologi dan digitalisasi media, loper koran memang mulai kehilangan peran dan eksistensinya.
Namun, sejarah mereka adalah warisan penting peradaban media cetak yang membuktikan bahwa setiap profesi memegang nilai luhur dan makna mendalam.
Sumber: gnfi
