Ambruknya Ponpes Al-Khoziniy: Gagal Struktur Akibat Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi Lemah
Bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9)--ANTARA FOTO/Umarul Faruq
SIDOARJO, DISWAYMALANG.ID-- Tragedi robohnya bangunan empat lantai Pondok Pesantren Al-Khoziniy di Sidoarjo menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan akademisi dan praktisi teknik sipil.
Peristiwa yang menewaskan dan melukai sejumlah santri ini bukan hanya soal nasib buruk, melainkan cerminan lemahnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan konstruksi bangunan bertingkat.
Dosen Teknik Sipil Universitas Brawijaya Sugeng Prayitno Budio mengungkapkan, berdasarkan analisis dokumen, foto, dan video yang beredar, Pondok Al-Khoziniy merupakan bangunan yang tumbuh secara bertahap tanpa perencanaan matang sejak awal.

Sugeng Prayitno Budio, Dosen Teknik Sipil Universitas Brawijaya memberikan analisis ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziniy Sidoarjo--Dok. Pribadi
“Bangunan ini awalnya satu lantai, lalu bertambah dua lantai dan kemudian empat lantai tanpa kajian teknis yang memadai. Masalah utamanya ada pada sambungan elemen struktur seperti antara balok dan kolom serta antara bangunan lama dan baru,” jelas Sugeng.
Ia menegaskan, struktur seperti ini sangat rentan jika tidak memenuhi standar kontinyuitas sambungan dan simetri kolom antar lantai.
Terlebih, menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.16 Tahun 2021, bangunan dengan luas lebih dari 90 meter persegi dan lebih dari dua lantai tidak lagi tergolong bangunan sederhana.
Artinya, bangunan tersebut wajib dirancang dan diawasi oleh tenaga ahli profesional serta melalui perizinan resmi.
Fondasi dan Beban Impak
Meski fondasi merupakan elemen vital yang menopang kestabilan struktur, Sugeng menilai bahwa keruntuhan Pondok Al-Khoziniy lebih disebabkan oleh gagalnya pelaksanaan pengecoran.
Proses tersebut menimbulkan beban impak (beban dinamis) yang menghantam struktur di bawahnya secara vertikal.
“Seperti kelereng yang dijatuhkan dari ketinggian, dampak beban impak bisa sangat besar. Jika elemen kolom terlalu langsing dan sambungan antar lantai tidak memenuhi syarat penyaluran gaya, maka potensi keruntuhan bertingkat menjadi sangat besar,” ujarnya.
Kelebihan Beban dan Tidak Layak Fungsi
Penambahan lantai tanpa perhitungan ulang menyebabkan beban berlebih pada struktur yang sebenarnya tidak dirancang untuk menahan beban sebesar itu.
Menurut Sugeng, setiap bangunan wajib memenuhi empat aspek keandalan struktur seperti keselamatan, kesehatan, kemudahan, dan kenyamanan.
Bila satu aspek saja tidak terpenuhi, maka bangunan dinyatakan tidak layak fungsi.
Sumber:
