21 Agustus Juga Hari Peringatan Korban Terorisme, dari Luka Mendalam Menuju Solidaritas Global
--iStockphoto
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Terorisme bukan hanya menghancurkan bangunan atau merenggut nyawa. Ia meninggalkan luka yang jauh lebih dalam yakni trauma, kehilangan, dan rasa terabaikan.
Banyak korban selamat (penyintas) hidup dengan kenangan pahit yang membekas seumur hidup, sementara dunia perlahan melupakan kisah mereka setelah debu serangan mereda.
Kenyataannya, ribuan korban di berbagai belahan dunia masih berjuang untuk pulih.
Mereka menghadapi tantangan fisik akibat luka permanen, beban psikologis yang menghantui, hingga kesulitan finansial karena kehilangan pekerjaan atau tulang punggung keluarga.
Mengapa 21 Agustus Diperingati Dunia?
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Resolusi 72/165 pada tahun 2017 menetapkan 21 Agustus sebagai Hari Peringatan dan Penghormatan Internasional bagi Korban Terorisme.
Peringatan ini bukan sekadar seremoni. Ia hadir sebagai panggilan moral untuk mendengarkan suara korban, mengakui penderitaan mereka, serta memperjuangkan hak-hak mereka agar setara dengan hak asasi manusia lainnya.
Sejak saat itu, setiap tahun PBB bersama negara-negara anggotanya menekankan bahwa perlawanan terhadap terorisme tidak boleh melupakan mereka yang paling terdampak yakni korban dan keluarganya.
Dari Solidaritas Simbolis Menuju Aksi Nyata
Pada awalnya, dukungan internasional bagi korban terorisme hanya bersifat simbolis sekadar pernyataan belasungkawa.
Namun, sejak Strategi Kontra-Terorisme Global PBB diperkuat, pendekatannya berubah menjadi lebih komprehensif.
- Tahun 2018, peninjauan keenam strategi menegaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan nyata korban.
- Tahun 2019, lahir Kelompok Sahabat Korban Terorisme sebagai wadah kolaborasi.
- Tahun 2022, PBB menggelar Kongres Global Korban Terorisme pertama di markas besarnya, menjadi tonggak baru untuk mendengar langsung suara korban.
- Tahun 2023, resolusi A/RES/77/298 menegaskan bahwa dukungan harus berfokus juga pada kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak, dan korban kekerasan berbasis gender.
Dari sini, arah dukungan mulai bergeser dan bukan hanya “mengingat,” tetapi juga memulihkan dan memberdayakan.
21 Agustus 2025: “Bersatu oleh Harapan”
Tahun 2025 menandai peringatan kedelapan Hari Internasional ini dengan tema “Bersatu oleh Harapan: Aksi Kolektif untuk Korban Terorisme.”
Tema ini lahir dari kesadaran bahwa hanya melalui solidaritas lintas bangsa dan latar belakang, korban bisa bangkit bersama.
Kehadiran Victims of Terrorism Associations Network (VoTAN) menjadi simbol kekuatan baru.
Jaringan ini mempertemukan berbagai komunitas korban dari seluruh dunia untuk saling mendukung, berbagi pengalaman, dan mendorong advokasi global.
Sumber: perserikatan bangsa-bangsa
