1 tahun disway

Momen Hari Gajah Sedunia, Aktivis dan Pemerintah Kuatkan Lanskap Koridor Gajah di 22 Lokasi

Momen Hari Gajah Sedunia, Aktivis dan Pemerintah Kuatkan Lanskap Koridor Gajah di 22 Lokasi

Gajah Sumatera--wikipedia.org

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Momentum Hari Gajah Sedunia yang dirayakan setiap 12 Agustus, menjadi waktu yang tepat untuk mengingat status kritis Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Satwa ikonik endemik Indonesia ini, kini berstatus Critically Endangered menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). 

Menurut data dari draf Rencana Aksi Konservasi 2019-2029, populasi Gajah Sumatera di alam liar diperkirakan hanya sekitar 92-1.359 ekor, menurun drastis antara 52-62% sejak 2007. Ancaman terbesar datang dari hilangnya habitat sebesar lebih dari 69% dalam satu generasi, perburuan gading, hingga konflik manusia-gajah.

Itu juga menjadi alasan, peringatan Hari Gajah Sedunia di Indonesia tahun ini diisi dengan kampanye edukasi, patroli hutan, dan penanaman pohon di sekitar habitat gajah.

BACA JUGA:Hari Gajah Sedunia 12 Agustus, Saat Tepat Kenangan dengan Diah, Si Gajah Viral di Batu Secret Zoo

Koridor Gajah

Aktivis lingkungan berharap momentum ini menjadi dorongan untuk memperkuat upaya perlindungan sebelum Gajah Sumatera benar-benar menghilang dari alam.

Upaya perlindungan yang dilakukan adalah dengan penguatan pengelolaan koridor gajah di 22 lanskap kunci di Pulau Sumatera dengan dukungan dari Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) dan organisasi mitra seperti WWF Indonesia.

Dalam konferensi pers usai Rapat Koordinasi dan Evaluasi Program Peusangan Elephant Conservation Initiative (PECI) Aceh, Menteri Kehutanan menyampaikan jika pengelolaan koridor gajah yang tersisa akan dilakukan secara ilmiah dan realistis di lapangan. Fokus utamanya meliputi perbaikan habitat, penurunan konflik manusia-gajah, dan peningkatan keterlibatan masyarakat lokal.

"Kita akan bekerja sama dengan FKGI untuk mengusut ini sebaik-baiknya, dengan scientific-based yang realistis untuk dikerjakan di lapangan," ujar Menhut.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pendataan ulang populasi gajah dengan teknologi geospasial dan pemantauan langsung, perbaikan habitat melalui penanaman pakan alami, pembangunan sumber mineral (salt licks), pembuatan kubangan air, serta pemberdayaan masyarakat di 12 desa penyangga.

BACA JUGA:Dosen FISIP UB Bergabung Bersama Perwakilan 50 Negara Galang Aksi 1.000 Kapal Kemanusiaan untuk Gaza

CEO WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, menyoroti bahwa tantangan terbesar adalah konflik manusia-gajah yang dipicu oleh alih fungsi lahan dan berkurangnya habitat alami.

"Beberapa wilayah habitat gajah telah berubah menjadi perkebunan. Hal ini perlu direkayasa agar gajah tetap nyaman berada di area inti, sehingga potensi konflik dapat menurun. Namun, sepenuhnya mencegah gajah keluar dari area tersebut tentu tidak mungkin," jelas Aditya.

Hingga kini, tercatat masih ada 22 lanskap koridor gajah di Sumatera dengan populasi sekitar 1.100 ekor. Program PECI Aceh menjadi model awal pengelolaan yang dikembangkan di area konsesi PT THL di Takengon, Aceh Tengah, yang mencakup dua blok utama seluas 21.000 hektare dan 14.000 hektare.

Menhut juga menegaskan bahwa model PECI Aceh ini akan menjadi proyek percontohan untuk diterapkan pada koridor gajah lain di Sumatera. Strategi konservasi ini tidak hanya bertujuan menyelamatkan spesies langka, tetapi juga menjaga martabat dan kekayaan bangsa.

Sumber: kehutanan.go.id