Lewat Klinik Ekspor, Bea Cukai Malang Dorong 35 UMKM Tembus Pasar Internasional
program Klinik Ekspor, Bea Cukai Malang membina dan memfasilitasi UMKM lokal --
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID – Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai (KPPBC TMP) Malang terus mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar mampu bersaing di pasar ekspor. Melalui program Klinik Ekspor, Bea Cukai Malang membina dan memfasilitasi UMKM lokal untuk menembus pasar global.
Pemeriksa Bea Cukai Ahli Pertama KPPBC Malang, Agnita Aditya Wardani, menyampaikan bahwa hingga pertengahan 2025, tercatat sudah ada 35 UMKM di wilayah Malang Raya yang berhasil melakukan ekspor perdana.
“Kami rutin menggelar program Ngopi Ekspor setiap bulan, menghadirkan praktisi dan fasilitator ekspor. Tujuannya membantu UMKM memahami prosedur dan peluang ekspor,” ungkap Agnita, senin (4/8).
Produk ekspor UMKM binaan Bea Cukai Malang cukup beragam, mulai dari makanan dan minuman olahan, kriya, fashion, hingga kerajinan tangan. Sejumlah negara tujuan ekspor di antaranya Australia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Hongkong, dan Taiwan.
“Terbaru, ada UMKM Wood Pellets yang berhasil mengekspor pelet kayu ke Korea Selatan. Sementara UMKM makanan ringan lainnya telah mengirimkan kue semprit ke Taiwan,” ujarnya.
Salah satu UMKM asal Kota Malang, Barin Food, juga sukses mengekspor keripik buah ke Hongkong dan Taiwan. Pencapaian ini tidak lepas dari dukungan kolaboratif antara Bea Cukai dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) sebagai leading sector.
Meski banyak produk kreatif asal Malang yang menembus pasar luar negeri, Agnita mengakui bahwa topeng Malangan—salah satu ikon budaya Kota Malang—belum sepenuhnya masuk dalam daftar produk ekspor aktif.
“Memang ada produk topeng daur ulang yang sudah diekspor ke Australia untuk kebutuhan kesenian, namun topeng tradisional Malangan masih belum,” katanya.
Jemput Bola ke Sentra Produksi
Untuk mendorong lebih banyak UMKM bergabung dalam pasar ekspor, Bea Cukai Malang menerapkan strategi jemput bola. Salah satunya dengan mengidentifikasi potensi langsung ke sentra produksi, seperti di Kampung Gerabah milik UD Ilham Gerabah.
“Kami turun langsung mengecek kualitas dan kapasitas produksi. Tapi tantangan terbesar tetap pada kuantitas dan konsistensi mutu produk,” jelas Agnita.
Menurutnya, tantangan ini sering kali menjadi hambatan utama bagi UMKM untuk bisa mempertahankan permintaan dari pasar internasional.
BACA JUGA:Peringatan Hari Pekerja Perempuan Lajang di Amerika Serikat
Sumber:
