1 tahun disway

17 Juli Hari Integrasi Timor Timur, Mengenang Kembali Sejarah Bergabungnya Timor Timur ke NKRI

17 Juli Hari Integrasi Timor Timur, Mengenang Kembali Sejarah Bergabungnya Timor Timur ke NKRI

Hari Intergritas Timor Timur--disway.id

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Tanggal 17 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Integrasi Timor Timur, mengenang peristiwa tahun 1976 ketika Timor Timur secara resmi menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Proses ini diresmikan lewat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976, hasil keputusan politik dan respons terhadap dinamika yang berkembang di wilayah bekas jajahan Portugis tersebut.

Timor Timur, yang sebelumnya dikenal sebagai Timor Portugis, merupakan daerah koloni Portugis sejak abad ke-16.

Keadaan berubah drastis pada 1974 saat terjadi Revolusi Bunga di Portugal, yang memaksa negeri tersebut melepas sebagian wilayah jajahannya, termasuk Timor Timur.

Langkah ini memicu lahirnya berbagai partai politik lokal, yang masing-masing memiliki pandangan berbeda terhadap masa depan wilayah ini.

Partai UDT awalnya memilih otonomi dalam naungan Portugal, Fretilin memperjuangkan kemerdekaan penuh dengan semangat sosialisme, sedangkan APODETI mendorong integrasi ke Indonesia.

Ketidaksepahaman tersebut memicu perang saudara berdarah, dengan Fretilin sempat mengambil alih kekuasaan secara sepihak.

Ketika kondisi kian memburuk, beberapa partai seperti APODETI dan UDT mengajukan permohonan bergabung dengan Indonesia.

Menanggapi permintaan itu, pemerintah Indonesia membentuk tim peninjau, yang hasilnya kemudian menjadi dasar pengesahan integrasi Timor Timur melalui DPR RI.

Namun, integrasi ini tak bertahan selamanya. Dalam jajak pendapat yang digelar pada 1999, sebagian besar rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka.

Pada tahun 2002, Timor Leste akhirnya berdiri sebagai negara sendiri. Meski begitu, hubungan bilateral antara Indonesia dan Timor Leste tetap terjaga baik hingga kini.

Peringatan Hari Integrasi Timor Timur setiap 17 Juli bukan hanya menjadi pengingat atas sejarah penyatuan wilayah, tetapi juga refleksi atas dinamika geopolitik, hak penentuan nasib sendiri, dan pentingnya dialog dalam menyikapi perbedaan.

Sumber: harian.disway.id