1 tahun disway

25 Juni Hari Pelaut Internasional, Mengangkat Isu Keamanan dan Martabat di Laut

25 Juni Hari Pelaut Internasional, Mengangkat Isu Keamanan dan Martabat di Laut

Ilustrasi pelaut--pixabay

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Setiap tanggal 25 Juni, dunia memperingati Hari Pelaut Internasional sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi besar para pelaut dalam mendukung rantai logistik global. 

Perayaan ini sekaligus menjadi momentum penting untuk menyuarakan perlindungan, hak, dan kesejahteraan mereka di tengah berbagai tantangan berat di laut.

Dilansir melalui Days Of The Year, Hari Pelaut Internasional pertama kali ditetapkan oleh badan maritim dunia International Maritime Organization (IMO) pada tahun 2010, dan mulai diakui secara resmi sebagai agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 2011.

BACA JUGA:Kota Malang Tempel Ketat Kota Surabaya dalam Klasemen Sementara PORPROV Jatim 2025

Akar Sejarah dari Manila ke Dunia

Peringatan ini berakar dari Konferensi Diplomatik 2010 yang digelar di Manila, Filipina, di mana negara-negara anggota IMO menyepakati resolusi penting yang mengadopsi pembaruan terhadap Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi, dan Dinas Jaga untuk Pelaut (STCW).

Konvensi ini menjadi landasan hukum dan teknis dalam memastikan bahwa setiap pelaut memiliki keterampilan, pelatihan, serta lingkungan kerja yang layak dan aman.

Menurut estimasi IMO, sekitar 90 persen dari total perdagangan barang global diangkut melalui jalur laut. 

Di balik angka itu, pelaut memegang peran krusial dalam memastikan kapal dapat berlayar dan barang sampai ke tujuan secara aman, efisien, dan berkelanjutan.

BACA JUGA:1 Muharram 2025 Jatuh pada Jumat, 27 Juni, Ini Jadwal Libur Nasionalnya

Tema Hari Pelaut Internasional tahun 2025

Dengan mengambil tema "My Harassment-Free Ship" inu menyoroti perlunya budaya kerja yang menjunjung tinggi martabat, saling menghormati, dan bebas dari segala bentuk pelecehan atau perundungan di atas kapal.

IMO menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang aman secara fisik maupun mental, di mana pelaut baik pria maupun wanita merasa dihargai, terlindungi, dan setara. 

Budaya maritim yang sehat diharapkan menjadi fondasi bagi generasi pelaut masa depan yang lebih inklusif dan tangguh.

Sumber: imo.org