1 tahun disway

Konflik Iran vs Israel Memanas, Memperin Ingatkan Dampak ke Dunia Usaha Indonesia, Termasuk UMKM

Konflik Iran vs Israel Memanas, Memperin Ingatkan Dampak ke Dunia Usaha Indonesia, Termasuk UMKM

--okuselatan.disway.id

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID - Eskalasi konflik antara Iran dengan Israel membuat Kementerian Perindustrian (Kemenperin)  turut memperingatkan akan dampak dari hal tersebut kepada kondisi pasar global.  terutama bagi dunia usaha, baik usaha besar maupun UMKM.

Konflik yang terjadi sejak 13 Juni ini diprediksi akan memicu resiko kenaikan biaya produksi, peningkatan biaya logistik dan pelemahan permintaan ekspor. 

Saat ini, dampak langsung konflik Iran-Israel paling terlihat di pasar energi. Akibat perang tersebut, pasokan minyak dari Timur Tengah sebagai penghasil minyak utama, yang menyumbang hampir 30 persen produksi global— terganggu.

Gangguan pasokan minyailk itulah yang bisa memicu dampak negatif.

Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita Indonesia sangat rentan terhadap gejolak harga minyak dan pangan dunia, dan gangguan rantai pasok bahan baku. Bagi industri, kata Agus, minyak adalah sesuatu yang vital, tidak hanya sebagai sumber energi produksi, tetapi juga sebagai bahan baku dalam proses produksi.

"Karena itu, industri dalam negeri diminta lebih efisien dalam penggunaan energi dalam proses produksi," tegas Menperin Agus kepada Disway dan media lain di Jakarta, pada Rabu (18/6). 

Agus pun mendorong pelaku industri untuk tidak hanya menggunakan energi secara efisien, tetapi juga mendiversifikasi sumber energi yang digunakan dalam produksi.

Menurutnya, hal ini telah menjadi krusial jika mengingat ketergantungan pada energi fosil impor, terutama yang berasal dari kawasan Timur Tengah, semakin berisiko di tengah konflik geopolitik yang berkepanjangan.

"Penggunaan energi lebih efisien dari berbagai sumber dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri. Industri nasional harus mulai mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi, serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif," paparnya.

Selain itu, Menperin Agus juga menyatakan bahwa kondisi ini secara langsung meningkatkan harga bahan baku dan produk pangan impor.

Oleh karena itulah, dia menghimbau industri dalam negeri untuk memanfaatkan fasilitas LCS (Local Currency Settlement) menghadapi inflasi dalam input produksi.

Industri, lanjut Agus. dapat memanfaatkan fasilitas BI (Bank Indonesia) tersebut guna mengantisipasi dampak perang Iran-Israel terhadap gejolak nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Terutama kepada negara-negara yang telah menandatatangi LCS dengan Indonesia.

"Industri kita harus mengambil peran dalam memproses hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan domestik agar tidak terus bergantung pada bahan baku pangan impor," jelas Menperin Agus. (*)

Sumber: disway news network