1 tahun disway

Mencuat Isu di Medsos, Tekanan Mundur kepada Ketum PBNU Gus Yahya Karena Dilawan saat Mau Pecat Gus Ipul

Mencuat Isu di Medsos, Tekanan Mundur kepada Ketum PBNU Gus Yahya Karena Dilawan saat Mau Pecat Gus Ipul

KH Yahaya Cholil Staquf (Gus Yahya) -dok. PBNU)--

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID–Berita Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) di-deadline tiga hari untuk mundur sejak Kamis lalu, telah mendunia. Apa sebenarnya yang terjadi, belum ada keterangan resmi dari PBNU.

Namun beredar unggahan di Medsos yang menyebut ada konflik antara Gus Yahya dan Sekjan PBNU Saefullah Yusuf (Gus Ipul) yang juga Menteri Sosial di balik kemelut tersebut. Konflik keduanya kemudian mencuatkan isu lama, yakni Gus Yahya mengundang pembicara Israel di Indonesia.

Ya, Gus Yahya sendiri telah meminta maaf karena telah mengundang akademisi pro-Israel, Peter Berkowitz, dalam sebuah seminar PBNU, Agustus 2025. Ia mengaku khilaf dan menyatakan kekurangcermatannya dalam menyeleksi narasumber, sambil menegaskan kembali sikap PBNU yang tetap mendukung kemerdekaan Palestina.

BACA JUGA:Mengejutkan! Syuriah PBNU Deadline Gus Yahya 3 Hari untuk Mundur dari Ketum PBNU

Ketika muncul tekanan di PBNU agar Gus Yahya mundur, salah satunya karena hal tersebut, media asing pun langsung menyambarnya. Isu NU memang seksi karena merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.

Reutera, media besar berbasis di Inggris, pun memberitakan kemelut terbaru di PBNU dengan judul “Indonesia's biggest Islamic group asks chief to resign over invitation to pro-Israeli speaker” (Kelompok Islam terbesar di Indonesia meminta pemimpinnya untuk mengundurkan diri karena mengundang pembicara pro-Israel).

Kini di Medsos muncul informasi di balik kemelut PBNU. Dikutip dari akun X @abunasor_ penjegalan Ketum PBNU juga menyinggung soal tambang, faksi-faksi, hingga nama tokoh PBNU yang juga Menteri Sosial Gus Ipul.

“Penolakan Gus Yahya terhadap rencana konsesi tambang untuk PBNU menjadi titik awal ia berhadapan dengan jaringan kiai yang dekat dengan satu partai politik. Dari situlah faksi tandingan terbentuk,” tulis akun tersebut.

Akun itu menyebut dengan Gus Ipul sebagai pusat gravitasi kekuasaan. Ironisnya, justru faksi inilah yang kemudian mengelola konsesi tambang yang sebelumnya ditolak.

BACA JUGA:Pemilihan Ketua GP Ansor Kabupaten Malang Hari Ini, Nama Gus Zulham Disebut Jadi Pesaing Kuat Petahana

Retakan makin terbuka ketika Gus Ipul mendukung pengusulan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. “Gelombang protes warga Nahdliyyin meledak, banyak ulama menuntut agar Gus Ipul dicopot dari posisi Sekjen PBNU. Di bawah tekanan publik internal, Gus Yahya mulai mempertimbangkan langkah itu,” jelas akun itu.

Namun langkah pemecatan tersebut memantik perlawanan balik. Faksi Gus Ipul merapat, dan Rais Aam yang berada di orbit politik yang sama didorong untuk memukul balik: melengserkan Gus Yahya. Agar ada “alasan”, isu lama soal kunjungan Gus Yahya ke Israel pada 2018 kembali diangkat—padahal konteks dan waktunya jelas tak relevan.

“Manuver ini terlihat terlalu dipaksakan, seolah menutupi konflik sumber daya dan perebutan kendali organisasi yang jauh lebih mendasar,” tulis akun tersebut.

Dalam pusaran itu, narasi moral digunakan sebagai selimut, sementara tarikan kekuasaan, tambang, dan faksi menjadi mesin utamanya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari PBNU maupun Ketum PBNU Gus Yahya dan juga tokoh PBNU Gus Ipul.

 

Sumber: